tumpukankotoran burung merupakan sumber Tumpukan kotoran burung merupakan sumber. A. Nitrogen B. Sulfur C. Fosfor D. Oksigen E. Karbon Jawaban Daur fosfor merupakan suatu proses perubahan fosfat anorganik menjadi fosfat organik yang kembali lagi menjadi anorganik secara terus menerus tanpa jeda waktu.
Tumpukankotoran yang diletakkan begitu saja didalam kandang maupun disekitar kandang, disamping menjadi sumber bau tak sedap apalagi saat musim penghujan bisa menjadi tempat lalat menyimpan telurnya dan mengakibatkan ledakan perkembangbiakkan lalat dikandang. kotoran ayam, kotoran bebek, kotoran itik, kotoran burung, kotoran kambing
Berikutbeberapa limbah peternakan yang masyarakat perlu ketahui, tidak hanya dari segi negatif tapi juga positifnya. 1. Polusi Udara (Bau Kandang) Limbah peternakan ayam boiler berupa feses dan sisa pakan kandang mampu menimbulkan baukandang. Bau kandang dapat mudah terbentuk dari tumpukan kotoran yang masih basah.
Langkahlangkah pembuatan pupuk kandang dari kotoran sapi adalah sebagai berikut : Kotoran sapi di tumpuk secara merata setinggi kurang lebih 30 cm seperti menyerupai bedengan. Taburkan dedak keatas tumpukan kotoran sapi tersebut. Siram EM-4 yang telah dicampur dengan air.
Tumpukankotoran burung merupakan sumber. A. nitrogen B. sulfur C. fosfor D. oksigen E. karbon
CZzTdOK. Home ekologi Tumpukan kotoran burung merupakan sumber.... Saturday, 4 April 2020 Riski Ferdian April 04, 2020 ekologi Tumpukan kotoran burung merupakan sumber....A. nitrogenB. sulfurC. fosforD. oksigenE. karbon Jawaban C. fosfor Pembahasan Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral batuan fosfat dan penguraian bahan organik misalnya kotoran ternak atau hewan laut oleh dekomposer. Baca Selengkapnya Pembahasan Biologi Erlangga Kelas 10 Materi Ekologi Home Subscribe to Post Comments Atom
Connection timed out Error code 522 2023-06-16 191654 UTC What happened? The initial connection between Cloudflare's network and the origin web server timed out. As a result, the web page can not be displayed. What can I do? If you're a visitor of this website Please try again in a few minutes. If you're the owner of this website Contact your hosting provider letting them know your web server is not completing requests. An Error 522 means that the request was able to connect to your web server, but that the request didn't finish. The most likely cause is that something on your server is hogging resources. Additional troubleshooting information here. Cloudflare Ray ID 7d8563107d11b94b ⢠Your IP ⢠Performance & security by Cloudflare
Verified answer Tumpukan kotoran burung merupakan Sumber...Jawabannya adalah FosforFosfor memiliki daur fosfor. Fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan mineral dan juga pelapukan bahan organik diantaranya adalah kotoran makhluk hidup, terutama hewan di laut. Bermula dari Industri pupuk fosfat yang dimanfaatkan oleh tumbuhan, lalu tumbuhan dimakan oleh hewan herbivora. Tumbuhan dan hewan yang mati akan diurai oleh bakteri fosfat karena mengandung fosfat yang berasal dari pupuk. Lalu hewan akan menjadi bangkai dan tersisa tulangnya. Tulangnya akan menjadi endapan di laut dangkal lalu terbagi menjadi dua jalur. Ada yang menuju endapan laut dalam dan ada yang diserap oleh ikan, burung dan organisme lainnya yang berhabitat di laut. Lalu kedua itu akan mengendap jadi batuan fosfat, guano dan tulang yang akan dimanfaatkan menjadi industri pupuk fosfat XMapel BiologiKode Mapel 4Kategori Bab 9 - EkosistemKode Kategorisasi serupa dapat dilihat di,
L. Sympson Selama ribuan tahun, kondor Andean sering mengunjungi sarang di sisi tebing, menghasilkan tumpukan kotoran berbentuk cincin yang terus bertambah dari tahun ke tahun. ilmuwan lingkungan di Argentina melaporkan penemuan tumpukan kotoran burung kondor berusia tahun di pegunungan Andes. Temuan tersebut penting untuk para ilmuwan, agar mereka bisa mempelajari pola makan spesies, perubahan habitat dan lingkungan masa lampau. Memahami bagaimana hewan merespons perubahan lingkungan skala besar sulit dicapai karena data pemantauan jarang tersedia selama lebih dari beberapa dekade terakhir, jika ada. "Di sini, kami mendemonstrasikan bagaimana berbagai proksi palaeoekologi misalnya isotop, geokimia, dan DNA dari endapan kotoran burung Kondor Andean Vultur gryphus dari Argentina," tulis peneliti. Temuan tim ilmuwan tersebut telah mereka jelaskan di Proceedings of the Royal Society B belum lama ini. Jurnal tersebut diterbitkan dengan judul "A 2200-year record of Andean condor diet and nest site usage reflects natural and anthropogenic stressors" yang dapat diakses secara daring. Untuk diketahui, selama tahun terakhir, burung kondor Andean Vultur gryphus, di antara burung terbang terbesar yang diketahui di dunia, telah bersarang ā dan membuang kotoran ā di gua sisi tebing di Patagonia utara, Argentina. Sekarang para peneliti sedang mempelajari tumpukan besar kotoran burung atas untuk mempelajari lebih lanjut tentang spesies yang terancam punah dan bagaimana ia beradaptasi dengan lingkungannya dari waktu ke waktu. Untuk mempelajari tumpukan kotoran berbentuk donat, yang berdiameter kira-kira 10 kaki atau sekitar 3 meter, para peneliti mengukirnya seperti kue, membuang sepotong kotoran sedalam 10 inci atau sekitar 25 sentimeter. Berkat lokasi endapan di dalam gua, kotoran yang terawetkan telah terlindung dengan baik dari angin dan hujan, memungkinkannya menumpuk selama ribuan tahun, menurut penelitian tersebut. "Dengan melihat lapisan yang berbeda, kita bisa kembali ke masa lalu," kata penulis studi utama Matthew Duda kepada Live Science. Duda adalah seorang mahasiswa pascasarjana biologi di Queen's University di Kingston, Ontario. "Kami menggunakan penanggalan karbon untuk mengetahui umur sarang dan tumpukan kotoran tersebut, yang berusia lebih dari tahun." Dengan memeriksa kotoran yang terawetkan dengan baik itu, tim menemukan bagaimana pola makan burung kondor berevolusi dari waktu ke waktu. "Burung kondor adalah pemulung, dan pada suatu waktu mereka akan terbang di sepanjang pantai dan memakan bangkai ikan paus dan spesies asli seperti llama dan alpaka," kata Duda. PROMOTED CONTENT Video Pilihan
Pupuk telah lama dikenal sebagai salah satu faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini terkait dengan fungsi utama pupuk yaitu sebagai penyedia unsur hara yang dibutuhkan tanaman, yang akan semakin sedikit tersedia di alam karena diserap tanaman. Kebutuhan unsur hara dan ketersediaannya yang tidak seimbang di alam, membuat pupuk menjadi solusi atas masalah kecukupan kebutuhan unsur hara tanaman yang dibudidayakan. Pupuk terdiri dari beberapa jenis diantaranya pupuk alam atau pupuk buatan. Salah satu pupuk yang dapat dikategorikan sebagai pupuk alam adalah pupuk kandang yang terbuat dari kotoran burung puyuh. Hal ini dimanfaatkan oleh mahasiswa KKN UNY K2022-26162 Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar yang memakainya sebagai pupuk tanaman sayur di desanya. Mereka adalah Fauzan Margi Wijayanto prodi PGSD, Putri Oktaviani Pendidikan Luar Biasa, Krista Laila Afifah Pendidikan Administrasi Perkantoran, Kharisma Pendidikan Geografi, Luthfiana Nada Faiha Mufidah Ilmu Keolahragaan, Zaqya Risda Rakhmasari Pendidikan Akuntansi, Marini Azzah Afifah PJSD, Fahrul Ahmad Fauzi Pendidikan Teknik Informatika, Sekar Arum Purnama Jati Pendidikan Ekonomi dan Yahya Irawan Pendidikan Teknik Mesin. Menurut Fauzan Margi Wijayanto di Desa Gajahan banyak peternak burung puyuh sebagai sentra peternakan puyuh di Colomadu. āHal yang menimbulkan masalah adalah saat limbah kotoran burung puyuh tersebut hanya dibuang di TPS dan belum dimanfaatkan secara optimal sehingga menimbulkan polusi udara karena bau yang tidak sedapā kata Fauzan, Jumat 23/9. Beberapa warga juga kedapatan masih banyak yang membuang limbah kotoran puyuh di sepanjang jalan menuju TPS ataupun di sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru. Ketika peternakan puyuh masih menjadi sektor utama di Desa Gajahan, desa ini mampu menghasilkan limbah kotoran burung puyuh sekitar 1 ton setiap minggunya, namun dengan berkurangnya jumlah peternak puyuh dan tingginya biaya produksi yang digunakan dalam beternak puyuh maka di Desa Gajahan saat ini hanya menghasilkan sekitar 400 kg - 500 kg setiap minggunya. Putri Oktaviani menambahkan ketika musim kemarau tiba dan limbah kotoran puyuh itu kering terdapat beberapa petani di daerah Cepogo, Boyolali yang mengambil limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk dijadikan pupuk sayur. āNamun dalam proses pemanfaatan pupuk ini membutuhkan jeda waktu yang cukup lama antara proses penebaran dengan waktu tanam karena pupuk yang belum difermentasiā katanya. Sementara itu, Kelompok Wanita Tani KWT di Desa Gajahan juga belum memanfaatkan limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk bercocok tanam. Meskipun beberapa sudah pernah mencoba memanfaatkan, usaha tersebut gagal dikarenakan limbah kotoran burung puyuh yang belum diproses mempunyai suhu dan amonia yang tinggi sehingga mematikan tanaman. Oleh karena itu mahasiswa KKN UNY berinisiatif untuk mengolahnya menjadi pupuk. Krista Laila Afifah mengatakan proses pengolahan pupuk ini dibantu oleh salah satu perangkat desa yang berpengalaman kerja di salah satu pabrik pupuk di Klaten. Proses pengolahan limbah menggunakan formula yang memanfaatkan cairan EM4, glukosa dan bubuk Trichoderma. Obat tersebut merupakan obat yang cukup murah dan dapat digunakan untuk menurunkan amonia dan membantu proses fermentasi sehingga bisa dijadikan sebagai pupuk kandang siap pakai. Dalam pelaksanaannya 1 botol EM4 dapat digunakan untuk memfermentasi sekitar 1 ton kotoran puyuh dengan lama proses fermentasi selama 1-2 minggu. Cara membuatnya, sebelum di fermentasi limbah kotoran burung puyuh dikeringkan dengan cara dijemur. Lalu bubuk trichoderma dicampurkan ke dalam limbah kotoran burung puyuh yang sudah kering. Selanjutnya cairan EM4 dicampur dengan glukosa dan air dengan perbandingan 1150 dan disemprotkan pada limbah kotoran burung puyuh yang sudah dikeringkan. Setelah itu pupuk dimasukkan ke karung dan ditunggu 1-2 minggu. Setelah proses fermentasi pupuk siap digunakan. Menurut Kharisma pemanfaatan pupuk yang sudah jadi akan dimanfaatkan oleh KWT untuk menambah kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian khususnya oleh KWT di Desa Gajahan. Selain itu mahasiswa KKN di Desa Gajahan juga berencana untuk memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada anggota KWT mengenai pembuatan dan pemanfaatan pupuk kandang dari limbah kotoran puyuh sehingga program tersebut dapat berlanjut dan bermanfaat setelah mahasiswa KKN sudah selesai mengabdi di Desa Gajahan. Kaur Umum Desa Gajahan Bambang Tri Admojo memaparkan jumlah kotoran puyuh yang terkumpul setiap tiga hari sekali itu berkisar 300 kilogram. Yang berpotensi diolah menjadi pupuk sekitar 75%-nya karena sisanya masih banyak partikel pakan yang tidak sempurna dicerna. Kepala Desa Gajahan Lilis Nuryanti berharap agar adanya mahasiswa KKN UNY selain dapat membagi ilmu tentang pembuatan pupuk kandang dari kotoran puyuh juga dapat membantu mengenalkan Gajahan di dunia luar dengan pembuatan website yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Penulis Dedy Editor Ardi
tumpukan kotoran burung merupakan sumber