Janganpernah mundur walaupun satu langkah .#stm Jangan lupa subscribe kami!!!Dan follow:@sahabat_mandik13 Ditugu peringatan ini tertulis kata-katanya: Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook. Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda. 0 komentar: SEJARAH PANJANG STM STM BOEDOET (SMU 1,SMKN 1,SMKN 5,SMK PGRI 4, SMK PGRI 5 DAHULU NYA) Selayang Pandang Boedoet Basis 58 Kemayoran NAMA Diberdayakan oleh Blogger. Pembawaannyayang luwes telah mengakar sejak ia bersekolah di SMA Negeri 1 Jakarta alias SMA Boedoet—karena letaknya berada di Jalan Budi Utomo. Letak sekolahnya yang berada di antara deretan Sekolah Teknik Menengah (STM)—sekarang menjadi SMK, membuat Ivan harus memosisikan dirinya sebagai " survivor" yang harus selalu waspada dan di Howto get to STM Boedoet by Bus? Click on the Bus route to see step by step directions with maps, line arrival times and updated time schedules. From Swimming Pool "Apartment Greenbay Pluit", Jakarta Utara 80 min; From Bengawan Solo Coffee, Jakarta Utara 116 min; From Central Park Mall, Jakarta Barat 48 min; From SPBU Pertamina, Jakarta Utara Pelajarkelas XII SMK I DKI atau biasa dikenal STM Boedoet itu kerap kali terlibat tawuran dengan pelajar lain. Halaman 3 Tidak sampai diproses lebih lanjut, tapi sempat menginap (ditahan)" kata Shaleh, saat dihubungi merdeka.com, Senin (7/10). Advertisement. 5 dari 5 halaman. Didikan sesat senior. Tompel si penyiram air keras. ©2013 CsNZ. FilterPerlengkapan Pesta & CraftPersiapan PernikahanPeralatan MenggambarDapurPeralatan BakingFashion WanitaAtasan WanitaPertukanganPerlengkapan ListrikMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 172 produk untuk "boedoet 145" 1 - 60 dari 172UrutkanAdKaos IAI Apoteker. Dengan Logo IAI dan UtaraJas Profesi 4PreOrderAdKaos Lirik Lagu Tiktok Viral To The Bone Jelek Gapapa Harta 1AdTshirt Dress Kaos Formula E Jakarta Indonesia - BaratTriple SixAdkaos anis baswedan the next presiden dan Female T-Shirt 5T-SHIRT KAOS BOEDOET JAKARTA 145 STM BUDI TimurHalest 5T-SHIRT KAOS BIG SIZE BOEDOET JAKARTA 145 1TSHIRT STOVIA / KAOS BOEDOET 145 / BIGSIZE TimurBK storeeBAJU KAOS BOEDOET 145 806 MANGGARAI 5 rbJakarta BaratGUDANG PAKAIAN.0_0 KAOS STM BOEDOET STOVIA 1908 UNISEX KAOS BOEDOET 145 FilterFashion PriaOuterwear PriaAtasan PriaKesehatanPerlengkapan MedisLainnyaMainan & HobiPermainan KartuRumah TanggaMasukkan Kata KunciTekan enter untuk tambah kata 771 produk untuk "boedoet" 1 - 60 dari 771UrutkanAdTshirt Premium Limited 3%Jakarta PusatMcAfee Official 6AdStargazers Venus Premium Fullprint Oversize Shirt 8AdAloomni T-shirt Mari Kita 50 rbBandungAloomni 100+AdKAOS - BAJU KURIR EKSPEDISI ANTERAJA WARNA - TSHIRT ANTERAJA - Hitam, 6AdTshirt Kaos Tintin Snowy - UtaraC211 26T-shirt kaos BOEDOET ALL STAR STOVIA 1908 high TimurBAROKAH 3TEE SHIRT BOEDOET 913 CUSTOM KAOS STM TimurHalest 2KAOS BAJU PRIA WANITA COMBED 30S DISTRO BOEDOET STOVIA 9T-SHIRT KAOS BIG SIZE BOEDOET JAKARTA 145 1BAJU KAOS BOEDOET LEGEND OLD 5 rbJakarta BaratGUDANG 3 Sejak Salman tumbuh sebagai remaja, ada satu cita-cita yang menurutnya wajib digapai, dan akhirnya berhasil dia raih. “Saya ingin sekolah di Boedoet,” kata lelaki 20-an tahun ini kepada merupakan singkatan dari Boedi Oetomo, nama lain SMK Negeri 1 Jakarta. Nama Boedoet sendiri merujuk lokasi di mana sekolah ini berada Jalan Budi Utomo, Jakarta benak Salman, Boedoet bukan sembarang sekolah. Cerita mengenai Boedoet, yang menyebar dari satu mulut ke mulut, sudah dia dengar sejak duduk di bangku SMP. Hampir semua narasi jalanan menyebutkan betapa melambungnya Boedoet, terutama di ranah tawuran antarpelajar Ibu Kota. “Cerita-cerita itu menjadikan Boedoet besar dan legendaris,” tambahnya. Keinginan Salman pun akhirnya terpenuhi. Dia berhasil masuk Boedoet, dan baru saja lulus setahun lalu. Tiga tahun sekolah di sana, nyaris tak ada raut penyesalan. Salman menjalaninya dengan suka cita serta merayakan masa mudanya sepenuh hati. Tidak ada alumni yang kami wawancarai dapat memastikan kapan pertama kali Boedoet terlibat dalam ajang tawuran pelajar. Kajian sosial tentang kiprah Boedoet di tawuran pelajar juga minim. Namun, dari arsip pemberitaan yang tersedia, tapak kaki Boedoet di ranah tawuran sudah membekas sejak akhir dekade 1980-an. Kala itu, tepatnya 1989, Boedoet terlibat bentrok dengan SMA Negeri 1 Jakarta, yang lokasinya notabene bersebelahan. Penyebab tawuran tak terang. Yang pasti, korban berjatuhan cukup banyak, di samping rusaknya beberapa gedung dan kendaraan di sekitar lokasi berlangsungnya bentrok. Sejak kerusuhan tersebut, Boedoet rutin menghiasi media, dengan topik yang bisa ditebak secara gamblang tawuran antarpelajar. Pada 2009, ambil contoh, puluhan siswa dari Boedoet ditangkap Kepolisian Sektor Metro Sawah Besar ketika hendak menyerang pelajar SMK Fransiscus. Rencananya, gerombolan Boedoet bakal menghadang anak-anak Fransiscus di Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Niat itu urung terlaksana karena polisi keburu menahan mereka, saat gerombolan melintasi jalanan Wahidin. Polisi mengamankan barang bukti berupa benda-benda tajam, seperti parang, stik golf, sampai gir. Dua tahun berselang, siswa Boedoet ditemukan tewas setelah ditusuk dua orang. Pemicunya yakni saling ledek di grup Facebook bernama “Tawuran Pelajar se-Jabodetabek,” yang diisi ribuan member, mayoritas adalah anak-anak sekolah kejuruan mesin.“Ini fenomena baru melalui dunia maya, di mana para pelajar meledek pelajar lainnya. Berawal dari itu, pelajar STM Bonjer 5 [Jakarta Barat] mencari pelajar lain,” tegas Enci Haryadi, yang menjabat Kasatreskrim Polres Jakarta Pusat waktu 2012, empat murid Boedoet ditangkap polisi di Jatinegara, Jakarta Timur, sebab terlibat tawuran dengan membawa senjata tajam. Tawuran pecah usai bus yang ditumpangi anak-anak Boedeot dihadang di Jatinegara. Masih di tahun yang sama, puluhan siswa Boedoet ditahan aparat karena merampas barang-barang milik anak-anak SMK Tanjung di depan Museum Fatahillah. Sejumlah gir turut diamankan oleh polisi sebagai barang bukti. Menjelang 2014 tutup buku, lagi-lagi kabar mengenai Boedoet meramaikan media massa. Seorang siswa Boedoet mengalami luka bakar di sekujur kepala dan leher akibat terkena siraman air keras dari sejumlah pelajar di Prumpun, Jakarta Timur. “Diduga korban menjadi sasaran tawuran antarpelajar,” kata Kompol Sri Bhayangkari, Kasubag Humas Polres Jakarta Timur saat tersebut seperti menambah daftar duka yang terjadi pada 2014. Beberapa bulan sebelumnya, siswa Boedoet tewas dalam tawuran pelajar di bilangan Bungur, Senen, Jakarta Pusat. Korban tewas akibat benda tajam. Tawuran didorong oleh aksi saling ejek ketika kedua gerombolan pelajar berpapasan. Polisi sampai menurunkan puluhan personel guna menghentikan bentrok. Yang terbaru, tepatnya akhir 2019, bentrokan terjadi antara pelajar Boedoet dengan SMK Taman Siswa di kawasan HBR Motik, Kemayoran, Jakarta Pusat. Kerusuhan tersebut mengakibatkan satu orang dari Taman Siswa meninggal. Pihak kepolisian berhasil menangkap empat orang sebagai pelaku. Narasi ihwal Boedoet seakan tak berubah dua dekade terakhir. Manakala membicarakan tawuran pelajar di Jakarta, tidak bisa tidak, Boedoet berada di urutan pertama yang mesti disebut. Daftar-daftar di atas memperlihatkan bahwa Boedoet menjadi pemain krusial yang membikin tawuran pelajar di Jakarta tak ubahnya seperti budaya yang senantiasa tumbuh dan berkembang dari masa ke masa. Pengalaman tawuran tak luput dialami Salman. Insiden terjadi dua tahun lalu. Kabar dibacoknya teman satu sekolah membikin Salman dan yang lainnya terdorong melakukan aksi balasan, biasa disebut kolekan. Sasarannya SMK Negeri 37 Jakarta. Keributan pun pecah di kawasan Senen, Jakarta Pusat. “Kami sangat enggak terima ketika denger salah satu temen kami sendiri dibacok,” kenangnya. “Maka dari situlah kami bertekad untuk melawan balik.”Saat peristiwa meletus, Salman masih berstatus siswa junior. Di Boedoet sendiri, masa-masa kelas X atau XI menandai fase yang penuh letupan. Anak-anak junior biasanya berdiri di garis terdepan pertarungan antarsekolah. “Kelas 1 atau 2 itu merupakan masa yang bakal memperlihatkan bahwa kita itu Boedoet,” ucap Manuel, salah satu alumni, kepada VICE. Fase sebagai junior di sekolah bisa dikata adalah titik awal segala tindak kolektif yang mengatasnamakan Boedoet, tak terkecuali tawuran. Sebab, di fase inilah kaderisasi, yang dilakukan kakak kelas secara sistematis dan hampir menyeluruh, berlangsung. “Karena, pada dasarnya, di Boedoet semua dilakukan secara sama-sama. Enggak ada yang namanya panglima, terutama di generasi kami, sebagaimana yang biasa dijumpai di sekolah lain,” imbuh Manuel. Bentuk kaderisasi bisa bermacam rupa. Dari diminta membeli makanan di kantin dengan uang yang tidak seberapa sampai ajakan turun langsung ke gelanggang pertempuran. Mayoritas anak-anak Boedoet yang baru setahun sekolah mengalami momen gojlokan seperti ini. Tentu ada yang enggan berpartisipasi. Namun, jumlahnya bisa dihitung jari. “Tidak ada paksaan untuk ikut acara seperti ini. Kami membebaskan ke [temen-temen] yang lain, mau ikut [kaderisasi dan tawuran] atau enggak,” ujar Diki, alumni lainnya. “Semua kayak panggilan jiwa aja.”Di luar kaderisasi yang terjadi di sekolah, relasi kolektif tersebut juga merembet hingga luar. Ada sepasang tradisi yang sampai sekarang masih dipertahankan secara turun temurun nyekar dan nyekar, sebagaimana namanya, dilakukan anak-anak Boedoet untuk menghormati teman-teman mereka yang tewas karena tawuran. Biasanya anak-anak Boedoet akan beramai-ramai menaiki bus menuju lokasi pemakaman. Selain sebagai ruang penghormatan, nyekar turut difungsikan menjadi pengingat bahwa terdapat harga mahal yang mesti dibayar seturut terjadinya tawuran. Sementara tradisi kedua, jamuan, merupakan kegiatan di mana anggota Boedoet dari basis wilayah tertentu datang ke basis yang lain. Misalnya, basis Jakarta Utara sowan ke basis Jakarta Timur. Di jamuan, mereka akan saling mengakrabkan diri lewat kegiatan nongkrong hingga makan bersama. “Supaya terjalin kekompakan di Boedoet sendiri,” terang Dean, salah satu alumni lain. Mempersiapkan jamuan tak pernah mudah dan ringkas. Pihak basis tuan rumah mesti mengumpulkan iuran untuk keperluan acara. Jumlah yang dibutuhkan pun bisa tak sedikit, sebab tamu yang datang kadang bisa mencapai ratusan. “Pokoknya, prinsip pertama adalah [para] tamu enggak boleh keluar duit. Semua [biaya] ditanggung tuan rumah,” kata Dean. “Kadang pusingnya di bagian itu ngumpulin duit.”Basis adalah simbol yang dapat dipakai untuk membaca kekuatan Boedoet, selain keberadaan angkatan. Penentuan basis—atau, sekali lagi, wilayah—jamaknya didasarkan pada rute berangkat-pulang anak-anak Boedoet. Sebagai contoh, Salman termasuk bagian dari basis Cengkareng. Momen tawuran melibatkan sebagian pelajar Boedoet terjadi di kawasan Pondok Kopi. Foto dari rekaman video Fahmi FajarEksistensi basis Boedoet tersebar di seluruh kawasan Jabodetabek, dan maka dari situlah peluang terjadi tawuran terbuka lebar. Anak-anak basis Boedoet sering kali menjadi korban maupun pelaku penyerangan ketika melintasi rute masing-masing basis. Mereka dihadang sekelompok anggota dari sekolah lain, lalu terciptalah tawuran. Penyebab tawuran pun bisa jadi sangat sepele. “Setiap ada [anak-anak dari sekolah lain] yang lihat atribut Boedoet, bawaannya pengin langsung nyerang,” terang Salman seraya terkekeh. Kendati begitu, setiap anggota Boedoet punya prinsip yang senantiasa dipegang jangan pernah menyerang bila tak diserang terlebih basis, di lain sisi, dapat digunakan untuk memetakan siapa saja yang jadi rival Boedoet, sebab posisinya yang dilandaskan pada wilayah. Di Jakarta Barat, misalnya, Boedoet punya musuh Jawa, sebutan populer dari SMK Negeri 35 Jakarta. Di kawasan selatan, nemesis Boedoet adalah Kapal, atau anak-anak dari SMK Negeri 29 Jakarta. Lalu di utara, umumnya, Boedoet kerap dihadang anak-anak tanpa identitas sekolah, yang kebanyakan berasal dari Pluit. Kemudian jika bicara di daerah timur, wajah seteru Boedoet termanifestasi lewat keberadaan Israel—kumpulan beberapa sekolah di bawah naungan yayasan Katolik, salah satunya yaitu SMK Fransiscus. Di pusat sendiri, Boedoet punya sejarah kelam dengan SMK Taman hadang-menghadang yang berbuntut bentrok ini pernah muncul pada 2016. Kala itu, anak-anak Boedoet berniat menunaikan tradisi nyekar. Di tengah jalan, tepatnya di dekat Terminal Kalideres, atau sekitar Daan Mogot, mereka diserang gerombolan dari “Jawa”, sebutan SMK Negeri 35.“Ya udah, mau enggak mau, akhirnya bentrok,” papar Salman. Tak semua SMK mengangkat gendang perseteruan dengan Boedoet. Di luar nama-nama yang sering jadi musuh bebuyutan Boedoet, terdapat pula beberapa yang bertindak sebagai sekutu, seperti SMK Negeri 5 Jakarta, SMK Negeri 6, serta SMK Malaka. Dalam kesempatan yang lebih luas, atau dengan kata lain bila eskalasi tawurannya begitu tinggi, mereka bakal turun dan merapatkan barisan di samping Boedoet. Fatur masih ingat betul nasib kurang beruntung yang menimpanya beberapa tahun lalu. Di sekitar ruas jalan Wahidin, Jakarta Pusat, Fatur turut serta dalam kerusuhan antarpelajar. Tawuran tersebut sekaligus menandai akhir perjalanan Fatur sebagai siswa Boedoet, sebab tak lama kemudian dia dikeluarkan sekolah. “Sedih, tentu aja. Pertama, karena bisa sekolah di Boedoet itu udah kayak jadi cita-cita saya. Dan yang kedua, dengan dikeluarkannya saya dari sekolah, otomatis, bikin orangtua saya ikutan merasakan dampaknya,” demikian Fatur bercerita kepada VICE. Dikeluarkan dari sekolah merupakan konsekuensi paling berat yang harus dihadapi anak-anak Boedoet sehubungan keterlibatan mereka dalam pusaran tawuran antarpelajar, di samping ditangkap dan “dibina” sementara waktu oleh polisi. Sejak 2015, seperti dituturkan Salman, pihak sekolah mengetatkan pengawasan kepada murid-murid Boedoet, mengambil langkah preventif agar tawuran tak mudah meletus sepanjang waktu. Pihak sekolah sadar betapa bahayanya tawuran bagi keberlangsungan jiwa, sekaligus masa depan anak-anak Boedoet. Kala itu Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama memang memerintahkan dinas pendidikan lebih keras mematikan ruang gerak geng pelajar. Langkah pencegahan tersebut jamaknya berwujud inspeksi mendadak guru, ditujukan ke seluruh anak-anak Boedoet, guna menyisir potensi-potensi terjadinya tawuran. Inspeksi dilakukan beberapa kali dalam seminggu, dengan hari-hari yang tak tentu. Inspeksi, biasanya, berhasil menemukan perkakas yang rencananya hendak dipakai tawuran, umumnya benda-benda tajam seperti gir. Tatkala ada yang tertangkap basah, maka hukuman menanti pihak sekolah bakal memberikan sanksi disertai pemanggilan orangtua bersangkutan. “Itu kadang bikin anak-anak Boedoet deg-degan. Karena tahu-tahu ada razia gitu aja,” ungkap Salman. “Tapi, seiring waktu, anak-anak Boedoet udah tau cara lain supaya nggak ketangkep [razia]. Barang-barang yang dipakai buat tawuran, disembunyiin di halte deket sekolah.”Gapura bertuliskan SMKN 1 Jakarta. Foto oleh lain yang ditempuh sekolah, diwakili guru Bimbingan Konseling BK dan Bagian Kesiswaan, adalah memegang pentolan masing-masing angkatan, yang sering terlibat tawuran. Ini bisa disebut sebagai “metode pegang kepala.” Pendeknya, ketika kepala angkatan sudah dipegang, maka yang berada di belakangnya—atau anak-anak didik’ kaderisasi—akan mudah dipegang juga. “Misalnya saja kalau kemarin kita habis tawuran. Lalu, dari kami ada satu [orang] yang dipanggil. Dari satu orang tersebut, pihak sekolah akan meminta memanggil siapa-siapa yang ikut dalam aksi tawuran,” jelas Agia. Usaha sekolah tidak berhenti sampai situ saja. Secara administratif, pihak sekolah perlahan mengurangi porsi murid laki-laki dengan membuka jurusan yang memungkinkan masuknya anak-anak perempuan. Bila dulu Boedoet hanya berfokus pada jurusan mesin, komputer, dan otomatif, kiwari terdapat beberapa jurusan yang mengulik desain. Upaya pencegahan—dan mungkin penghentian—tawuran tak hanya dilakukan sekolah. Dari eksternal, pihak alumni turut mengambil langkah serupa. Pada 2012, alumni Boedoet yang tergabung dalam IKAT Ikatan Alumni Teknik STMN/SMKN 1 Jakarta dan Fokat Forum Komunikasi dan Silaturahmi Boedoet 1945 mencetuskan “Deklarasi Stop Tawuran” yang memuat tujuh poin pernyataan sikap seperti, contohnya, “meminta seluruh pelajar memelihara kerukunan, perdamaian, dan persaudaraan.”Berbagai langkah diambil untuk memutus mata rantai kekerasan yang terjadi di lingkungan pelajar. Meski begitu, realita tak sejalan ekspektasi. Tawuran masih terjadi dan senantiasa menyelinap di antara gengsi dan harga diri yang dibawa anak-anak muda. Hitung-hitungan statistik yang dihimpun Komisi Perlindungan Anak Indonesia KPAI memperlihatkan sepanjang 2016 sampai 2018, terdapat 202 anak yang beradu hadap dengan hukum akibat tawuran. Angka ini, besar kemungkinan, tidak menggambarkan situasi riil, di mana masih ada banyak lagi pelajar yang terlibat bentrok namun tak tercatat. Fatur mengakui menghentikan tawuran antarpelajar di Jakarta tak semudah membalik telapak tangan. Deklarasi damai, kesepakatan lisan antar pihak yang bertikai, serta intervensi sekolah guna menghapus riwayat kekerasan anak-anak muda itu boleh saja ditempuh. Akan tetapi, semua kembali ke bagaimana para pelajar di Jakarta menyikapi diri dan merespons lingkungan di sekelilingnya. “Karena, bagaimanapun, kaderisasi dan penanaman doktrin di beberapa sekolah soal tawuran itu masih berjalan. Ada beberapa sekolah yang meyakini bahwa kalau enggak nyerang sekolah lain atau Boedoet itu kurang maksimal,” ucap Fatur. “Enggak peduli bahwa selama ini tawuran udah menyebabkan korban berjatuhan.”Sekalipun Boedoet identik dengan tawuran, semua narasumber yang VICE temui, mayoritas alumni, sepakat bahwa Boedoet bukan cuma perkara kekerasan. Sekolah ini menyediakan ruang keriaan yang mungkin tidak akan mereka jumpai di sekolah lainnya. Tak ada perasaan menyesal, apalagi kecewa, ketika mereka memutuskan bersekolah di mereka, Boedoet bukan hanya gelut pelajar. Memupuk solidaritas bisa berarti memupuk kebanggaan menjadi bagian dari identitas sebagai seorang Boedoet, dan mereka melakukannya dengan keyakinan yang begitu tinggi.“Di sekolah ini, kami dapat keluarga, dapat temen yang rasanya udah kayak saudara sendiri,” kata Salman. “Relasi kami, walaupun udah lulus semua, masih kuat sampai sekarang.”*Laporan ini adalah bagian kedua seri menelisik akar kekerasan sistemik di Jakarta oleh VICE Indonesia. Liputan sebelumnya membahas rivalitas Pemuda Pancasila vs Irfani adalah jurnalis lepas di Jakarta. Follow dia di Instagram 403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID koauErQBdYnpdm22RR9ZD_2IAqo4JCVc0GBmGFAIp8o8yxqWLkBT7g== SEJARAH PANJANG STM STM BOEDOET SMU 1,SMKN 1,SMKN 5,SMK PGRI 4, SMK PGRI 5 DAHULU NYA Selayang Pandang Boedoet Basis 58 KemayoranNAMA BOEDOET 58 KEMAYORAN BOEDOET BASIS 58 Kemayoran merupakan salah satu Basis BOEDOET yang didalamnye terdiri dari SMUN 1, SMKN 1, SMKN 5 sekarang SMKN 4 Cakung-Cilincing, SMK PGRI 4 dan SMK PGRI 5 saat ini hanya tinggal bertahan SMK PGRI 5 yang kemudian namanya berubah menjadi STM PGRI 11 dan letaknya bersebelahan dengan SMKN 4. Terbentuknye basis terjadi begitu aje yang di ambil dari nomor BUS PPD 58 tujuan ke sekolah atas rasa persaudaraan satu sekolah dan satu wilayah yang sangat kuat untuk mengahadang musuh yang menggangu perjalanan ke sekolah dan pulang.. RUTE KEMAYORAN - PASARBARU - BUDI UTOMO Rutenye sendiri, dari mulai Sunter Bendungan Dempet dan sekitarnye - Sumur Batu - Bendungan Jago - H. Jiung ampe Utan Panjang. Malah belakangan tahun2 1997-an, terdengar juga Boedoet Train Kemayoran pelajar2 Boedoet yang kebetulan tinggal didaerah Stasiun Kemayoran. Nah, dari jalur atawa rute ini juga, terdapat sekolah-sekolah maupun kampungan yang menjadi musuh-musuhnye Boedoet Kemayoran. Sebut aje misalnye STM PONCOL Sumur Batu, STM Bahariwan yang nongkrong di H. Jiung, SMU Taman Siswa Garuda, SMU 10 ato SMU 20 kalo ketemu pas lagi dijalan, Kampungan H. Jiung dll ane sendiri sampe lupa !. Tapi itu dulu, gak tau deh sekarang !!! Semoga aje kagak lagi ye ? Kasian Orangtue bro ! ICON BASIS 58 Era awal 90an, Boedoet Kemayoran dikenal dengan nama TAWA 58, yang artinye Tarohan Nyawa suerreeem beuud yak? yang maknanye mau menang ape kalah dalam tawuran...yang penting ketawa tettteeeuup ! Hah..Hah..Hah... Menurut informasi dari sdr. Andrey Modric ato nama bekennye Bang Doel Alumni STM PGRI 4 '94/95 yang kasi nama ini Bang Gerry ma Bang Lupus, keduanye alumni 92/93 semoga aje mereka bisa liat catatan ini... Kagak tau asal n sebabnye kenape, diakhir taon 90an nama TAWA malah berubah menjadi LOT Legend Of Tawa tapi yang penting soal nama itu kagak masalah, yang utama adalah semangat dan kekompakan yang gak akan boleh berubah, betul tidaaak ? DAHULU, HARI INI DAN MASA DEPAN Dahulu kita memang dikenal biang rusuh, sebagai biangkeroknye tawuran sekolah di Ibukota. Coba aje sesekali melihat grafiti atau corat-coret di bus, halte bus atau dinding-dinding gedung oleh para pelajar. Salah satu kata populer yang sering tertulis adalah "Boedoet". Biasanya warga Jakarta sudah mengerti kalau yang dimaksudkan adalah Boedi Oetomo, nama sebuah sekolah kejuruan di Jakarta Pusat. Malah bukan hanya di Jakarta saja, tapi sampai ke luar kota bahkan sampai di luar negeri beneran nich, kagak bo'ong ane ! bahkan di awal 1990-an hingga awal 2000-an adalah masa2 kejayaan Boedoet bersamaan dengan maraknya perkelahian massal antarpelajar yang lebih populer dengan tawuran. Nama Boedoet, seolah menjadi musuh bersama di kancah percaturan tawuran pelajar. Di mana pun terjadi tawuran, nama Boedoet hampir selalu disebut. Entah itu di Jl Gunungsahari, Kramat Raya, Salemba, Diponegoro, Matraman, Pramuka, Pemuda, Sudirman, Dewi Sartika, Letjen Soeprapto, Perintis Kemerdekaan, dan sejumlah ruas jalan lain di pelosok Jakarta dan kota lain di Indonesia sebut aje misalnye, pada saat perpisahan STM 1 Boedoet th 1996 di Cilacap Jawa Tengah..abang2 kite ini malah ribut ma perkampungan sana n pulangnya pake dikawal pasukan lengkap lagi !. Nah pertanyannye sekarang, ape kite masih mau kayak dulu lagi ? Sekolah pulang pergi selalu dagdigdug...Ane jadi inget kata2 salahsatu tokoh dalam film Trainspotting "LIFE IS CHANGE, MUSIC IS CHANGE AND SEX IS CHANGE ! " Zaman telah berubah brooo ! Hari ini dan di masa datang, gaye Boedoet boleh beda, tapi semangat n kekompakan nyang kagak boleh pudar...Semoga aje lewat adanya FB ini menjadikan forum silaturahmi bagi anak STM/SMA Boedoet sebagai ajang kangen2an, sebagai inspirasi atau sekedar mencari sesuatu yang lebih baik untuk kehidupan kedepannya. Kutipan puisi dari Bang Pedro Corneles Boedoetbrotherhood "Boedoet! adalah satu keluarga besar yang solid yang pernah ada di muka bumi ini. Sampai-sampai kita pernah tak rela untuk mengangkat kedua kaki kita, pernah menangis karena harus melepas eratnya genggaman simpul tangan teman-teman kita ataupun pernah tak kuasa untuk membungkam mulut kita sendiri dengan yel-yel “Hidup Boedoet!” Kita adalah satu keluarga besar, keluarga besar Komunitas Boedoet. Sepenggal nama yang tidak akan pernah pudar oleh zaman, tidak akan pernah runtuh oleh perbedaan-perbedaan ras atau ideologi manapun, kemarin, sekarang atau sampai kapanpun. Kedamaian, Persahabatan dan Kesetiakawanan Peace, Friendship and Solidarity ternyata adalah makna dari sepenggal nama indah itu"... “Hidup Boedoet!”

kata kata stm boedoet