MenurutIstilah sombong adalah sikap merasa lebih baik dibandingkan dengan orang lain atau memandang rendah orang lain dan tidak mau taat/tunduk kepada Allah SWT. Sifat sombong kurang lebih hampir sama dengan sifat ujub. Dimana sifat ujub berarti menganggap apa yang menjadi kelebihannya adalah hasil dari usahanya sendiri, dan sifat takabur Iamenilai dirinya sesuai dengan persepsi orang lain. Pandangan diri anda tentang keseluruhan pandangan orang lain terhadap anda disebut dengan Generalized Others. Konsep ini juga bersal dari George Herbert Mead. Memandang diri kita seperti orang-orang lain memandangnya, berarti dengan kata lain menempatkan diri kita sebagai orang lain. AllahSWT dalam Surat al-Baqarah ayat 263 menegaskan bahwa sedekah yang dibarengi dengan menyinggung perasaan orang lain, Kan menghapus pahala sedekahnya. Sebaliknya, orang-orang yang bersedekah tanpa menyakiti perasaan orang lain, akan dibalas oleh Allah SWT dengan pahala yang berlimpah. bagianak-anaknya dalam menerapkan ajaran Agama Islam sesuai tuntunan Al-Quran dan Sunnah. Orang tua men-dapatkan amanah berupa anak dan menjaga, merawat, dan mendidik anak adalah amanah. Orang tua sebagai salah satu pelaksana pendidikan yang berfungsi sebagai pendidik bagi anak-anaknya diharapkan mampu mengembangkan Sebagaianak tuhan, kita perlu . Namun, ketika kita mulai membicarakan keburukan orang lain, kita seringkali melanjutkannya dengan fitnah dan hal buruk lainnya. Ini yang dimaksud dengan tajassus dalam ayat, Dalam ayat yang mulia ini allah menganjurkan orang beriman untuk. Sesungguhnya orang yang sibuk memikirkan kejelekan dirinya . ko3jM. Ada kisah inspiratif dituturkan oleh Imam Ibn Qutaibah al-Dinawari w. 889 dalam kitabnya yang masyhur, Ta’wil Mukhtalif al-Hadits. Suatu hari, ada serombongan orang dari Yaman yang datang, “sowan” kepada Kanjeng Nabi di Madinah. Mereka adalah “al-Asy’ariyyun”, orang-orang yang berasal dari kabilah Banu Asy’ar. Setelah mereka menghadap Kanjeng Nabi, terjadi percakapan tentang pelbagai hal. Hingga pada suatu titik, salah satu dari para tamu itu berkomentar tentang salah satu dari anggota rombongan mereka. “Wahai Rasul, tak ada orang setelah panjenengan yang lebih baik dan lebih keren’ dari si fulan teman kami ini,” kata salah satu dari rombongan itu. Dalam riwayat yang dituturkan oleh Ibn Qutaibah, tak disebutkan dengan jelas siapa nama fulan itu. Lalu orang itu melanjutkan Di siang hari, selama perjalanan kami dari Yaman ke Madinah ini, teman kami ini selalu puasa. Sementara, jika kami berhenti sebentar di sebuah tempat untuk istirahat, dia akan menjalankan shalat terus-menerus sampai kami berangkat lagi,” tambahnya. Demi mendengar ini, Nabi langsung bertanya “Terus siapa yang bekerja untuk dia, mencukupi kebutuhan dia, atau melayani dia sehari-hari?” “Kami semua lah yang melayani dia, Kanjeng Nabi,” jawab mereka. “Kalau begitu, kalian lebih mulia dari dia,” kata Kanjeng Nabi. Dalam pandangan Islam, melayani orang lain, bekerja untuk memakmurkan dunia, nilainya tak kalah, atau malah melebihi shalat dan puasa sunah yang dilakukan setiap hari dan setiap saat. “Kisah dari Yaman ini perlu terus kita ingat agar kita tak keliru menilai orang shaleh. Sebagian orang terkadang lebih sering menilai seseorang dengan melihat luarnya saja. Padahal, apa yang dari luar belum tentu adalah keadaan aslinya. Menilai seseorang dari luar memang perlu, karena kesan pertama memang selalu dilihat dari tetapi, ada baiknya untuk Anda juga menilai seseorang lebih dalam lagi, seperti misalnya kepribadiannya dan tingkah lakunya. Ingatlah selalu bahwa sebelum Anda menilai orang lain, lihatlah diri Anda sendiri terlebih dahulu. Dalam pandangan islam, Allah mengetahui mana orang yang benar-benar berbuat baik dan mana yang hanya terlihat suci di hadapan banyak orang. Seperti apa yang yang telah disampaikan oleh Rasulullah Saw. yang bersabda bahwa,“Janganlah menganggap menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya, Allah lebih tahu mana orang-orang yang baik di antara kalian” HR. Muslim No. 2142Ketika menilai seseorang, terkadang jari dan mulut kita teramat lancar melakukannya, seakan-akan kita adalah makhluk paling baik di muka bumi. Sampai pada titik yang lebih parah, kita tidak memedulikan lagi apakah kata-kata yang diucapkan akan menyakiti hati dan berdampak buruk pada seseorang tersebut atau kita terlalu pandai menghakimi, memberikan komentar-komentar yang buruk padahal kita sendiri tidak tahu kenyataan yang sebenarnya. Maka dari itu janganlah terlalu cepat berkomentar yang tidak-tidak hanya dengan melihat seseorang dari luarnya saja. Karena yang kita tahu mungkin hanya secuil kebenaran yang karena itu, untuk menghindari kita dari sifat yang berburuk sangka dengan seseorang, berikut ini merupakan cara menilai seseorang yang baik menurut pandangan Menurut Quran Surah an-Najm ayat 32Allah SWT berfirman dalam al-Quran surah an-najm ayat 32 yang artinya,“…. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah, lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa.”Semua manusia pasti memiliki banyak dosa, maka janganlah sekali-kali Anda merasa paling segalanya dibandingkan orang lain apalagi sampai berkomentar yang buruk hanya dengan melihat sekilas kehidupannya. Ketahuilah bahwa meskipun Anda terlihat baik di hadapan banyak orang, Allah akan tetap mengetahui apa isi hati Anda yang Menurut Imam Bakr al-MuzaniMenurut Imam Bakr al-Muzani, ada dua cara agar Anda bisa menilai seseorang secara baik. Muhasabah atau introspeksi diriSebelum berkomentar buruk terhadap orang lain, ada baiknya untuk Anda introspeksi diri sendiri dulu. Hal ini bertujuan meraba-raba sekaligus untuk mengetahui bagaimana cara menilai diri sendiri yang harus dipelajari, serta mengingat bahwa sebenarnya Anda sendiripun bukanlah manusia yang amat baik dan masih memiliki banyak setelah Anda mengingat betapa banyaknya dosa Anda, yang bisa Anda lakukan adalah dengan banyak ber-istighfar sambil memohon pengampunan kepada Allah SWT. selain meminta pengampunan, Anda juga dapat berdoa supaya bisa menjadi pribadi yang lebih baik dengan tidak menilai seseorang hanya dari luarnya apa yang nampak belum tentu adalah kebenarannya. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya untuk Anda mengetahui bagaimana contoh metode introspeksi dalam psikologi agar membantu Anda dalam atau berbaik sangkaTidak ada salahnya untuk berbaik sangka terhadap siapapun selama hal tersebut tidak merugikan Anda. Karena berbaik sangka harus lebih Anda utamakan ketika hendak menilai seseorang, sekalipun orang tersebut adalah orang yang jahat. Lagipula, tidak ada salahnya berbaik sangka, karena apabila Anda sudah kepalang berburuk sangka, maka Anda hanya akan mendapat dosa dan ada baiknya harus apa yang telah dikatakan oleh Abu Bakr al-Muzani,“Prasangka buruk su’udzon terhadap manusia. Karena sesungguhnya, meskipun kalian benar, kalian tidak akan mendapatkan pahala, dan jika kalian salah, kalian mendapatkan dosa.” Imam Abu Na’im al-Ashbahani, Hilyah al-Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiyah, Kairo Dar al-Hadits, 2009, juz 2. Hal. 1203. Menurut Imam al-QurthubiDalam Al-Mufhim limaa asykala min talkhish kitab Muslim Juz 6, hal. 539 Imam al-Qurthubi memaparkan bahwa hati itu yang memperbagus adalah amalan lahiriyahnya, dan amalan hati merupakan sesuatu yang ghaib bagi kita. Maka dari itu, janganlah menebak-nebak hati seseorang dengan mudah hanya dengan melihat dari luarnya saja mengenai kesalahan yang nampak. Sebab hanya Allah SWT lah yang lebih mengetahui dan menilai sifat hakiki manusia yaitu baik dan buruknya Menurut Abu Hurairah raDari Abu Hurairah ra. Berkata bahwa, Rasulullah SAW bersabda,“Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk paras dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat hati dan amalan kalian.” HR. Muslim No. 2564Dari hadist di atas dapat disimpulkan bahwa Allah SWT sang pencipta saja tidak menilai seseorang hanya dari keelokan wajahnya, warna kulitnya, ataupun pakaian paling baik yang dikenakan olehnya. Akan tetapi, Allah SWT melihat seseorang dari ketulusan hatinya, keelokan adabnya dan kelembutan tutur tidak hanya ditampakkan saat berada di keramaian saja, melainkan ditempat yang sepi dan tidak butuh validasi dari siapapun, orang tersebut akan tetap berprasangka dan berbuat baik terhadap Menurut Imam Abu QilabahImam Abu Qilabah merupakan murid dari Sayyidina Anas bin Malik ra. Beliau pernah mengatakan bahwa apabila sampai kepadamu suatu informasi mengenai perbuatan seseorang yang kamu benci, maka carilah alasan untuk tetap berbaik sangka terhadapnya dan carikan pula alasan yang baik untuk dirinya semampu yang kamu bisa.“Jika sampai kepadamu informasi mengenai perbuatan saudaramu yang kamu benci, carikanlah alasan yang husnudzon untuknya semampumu. Jika kamu tidak menemukannya, maka katakan pada dirimu sendiri, “Mungkin saudaraku mempunyai alasan yang tidak aku ketahui.” al-Hafidz Abu Nu’aim al-Asfahani, Hilyah al-Auliya’ wa Thabaqat al-Asyfiya’, Beirut Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1988, juz 3. Hal. 285.6. Menurut Imam al-GhazaliDalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam al-Ghazali mengajarkan kita bagaimana baiknya cara menilai kelebihan dan kekurangan orang lain dengan meninggalkan sikap ujub. Ujub merupakan suatu sifat dimana seseorang memandang dirinya sendiri dengan kemuliaan, kebesaran, lebih baik dari orang lain, dan memandang orang lain dengan penuh biasanya, orang yang ujub akan dengan mudah membanggakan dirinya dan menjelek-jelekkan orang lain tanpa peduli dan mengecek lebih dulu apakah perkatannya benar atau tidak. Mirip seperti perkataan iblis kepada Allah SWT ketika disuruh bersujud kepada Nabi Adam as.“Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah.” QS. Al-A’raf12Dari apa yang telah dijelaskan di atas, kesimpulan yang dapat di ambil adalah bahwa kita dianjurkan untuk selalu berbaik sangka terhadap orang lain, dan jangan terlalu cepat mengatakan keburukan-keburukan orang lain padahal kita tidak tahu kehidupannya selama 24 selalu bahwa Allah SWT mengetahui mana yang baik dan yang buruk, yang benar dan yang salah, serta yang tulus dan yang tidak. Don’t judge a book by its cover! Karena apa yang nampak dipermukaan, belum tentu kebenaran yang sebenarnya. Islam mewajibkan setiap umatnya untuk saling mengingatkan dan menasehati. Namun dalam mengingatkan seseorang, terdapat beberapa cara tertentu yang harus diperhatikan. Berikut ini adalah beberapa cara mengingatkan orang lain dalam Islam 1. Nasehati dengan diam-diamAl Hafizh Ibnu Rajab berkata “Apabila para salaf hendak memberikan nasehat kepada seseorang, maka mereka menasehatinya secara rahasia… Barangsiapa yang menasehati saudaranya berduaan saja maka itulah nasehat. Dan barangsiapa yang menasehatinya di depan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.” Jami’ Al Ulum wa Al Hikam, halaman 77Abu Muhammad Ibnu Hazm Azh Zhahiri menuturkan,“Jika kamu hendak memberi nasehat sampaikanlah secara rahasia bukan terang-terangan dan dengan sindiran bukan terang-terangan. Terkecuali jika bahasa sindiran tidak dipahami oleh orang yang kamu nasehati, maka berterus teranglah!” Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 442. Nasehati dengan lemah lembutAllah Ta’ala berfirman,فَقُولا لَهُ قَوْلا لَيِّنًا“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya Fir’aun dengan kata-kata yang lemah lembut.” QS. Ath Thaha 44Baca jugaMengenal Diri Sendiri Dalam IslamHakikat Manusia Menurut IslamKedudukan Wanita Dalam IslamTujuan Hidup Menurut IslamTips Hidup Bahagia Menurut IslamNabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِى شَىْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَىْءٍ إِلاَّ شَانَهُ “Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya. HR. Muslim3. Tidak memaksaCara mengingatkan orang lain dalam Islam berikutnya adalah dengan tidak memaksakannya kepada orang lain. Ibnu Hazm Azh Zhahiri mengatakan“Janganlah kamu memberi nasehat dengan mensyaratkan nasehatmu harus diterima. Jika kamu melanggar batas ini, maka kamu adalah seorang yang zhalim…” Al Akhlaq wa As Siyar, halaman 444. Ingatkan di saat yang tepatIbnu Mas’ud pernah berkata“Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak.” Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu MuflihBaca jugaSumpah Pocong Dalam IslamPenyebab Terhalangnya Jodoh dalam IslamCara Menghindari Pelet Menurut IslamHukum akad nikah di bulan ramadhanNabi shallallaahu alaihi wa sallam bersabda,مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا، أَوْ لِيَصْمُتْ“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari Akhir hendaklah berkata yang baik atau diam…”HR. Bukhari dan Muslim5. Mengingatkan dengan penuh kasihDari Anas radhiyallahu anhu, ia berkata, “Tidaklah sempurna iman seseorang di antara kalian sampai ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” Muttafaqun alaih. HR. Bukhari no. 13 dan Muslim no. 45.Al Khottobi rahimahullah,النصيحةُ كلمةٌ يُعبر بها عن جملة هي إرادةُ الخيرِ للمنصوح له“Nasehat adalah kalimat ungkapan yang bermakna memberikan kebaikan kepada yang dinasehati” Jami’ul Ulum wal Hikam, 1 219.Imam Nawawi rahimahullah berkata,“Menasehati sesama muslim selain ulil amri berarti adalah menunjuki berbagai maslahat untuk mereka yaitu dalam urusan dunia dan akhirat mereka, tidak menyakiti mereka, mengajarkan perkara yang mereka tidak tahu, menolong mereka dengan perkataan dan perbuatan, menutupi aib mereka, menghilangkan mereka dari bahaya dan memberikan mereka manfaat serta melakukan amar ma’ruf nahi mungkar.” Syarh Shahih Muslim, 2 35.6. Selalu berwajah ceriaRasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,“Kamu tidak akan mampu berbuat baik kepada semua manusia denga hartamu, maka hendaknya kebaikanmu sampai kepada mereka dengan keceriaan pada wajahmu.” al-Hakim 1/2127. Jangan menghinaAllah berfirman,يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.” QS. Al Hujurat 11Baca jugaHukum sholat jumat bagi wanitaHukum meninggalkan shalat jumatHukum menggambar makhluk hidupHukum perceraian dalam islamHukum mencium kaki ibu dalam islamHukum aqiqah dalam islam8. Mengingatkan dengan ilmuAllah Ta’ala berfirman,“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” QS. Al Isra’ 369. Tidak berisi hasutanSyeikh Ibnu Baz –rahimahullah- berkata“Nasehat itu adalah keikhlasan pada sesuatu dan tidak mengandung kecurangan dan pengkhianatan di dalamnya. Seorang muslim itu karena besarnya kedekatan dan kecintaannya kepada saudaranya, maka ia menasehati dan mengarahkannya kepada sesuatu yang bermanfaat baginya dan apa yang menurutnya tulus, tidak ada noda dan tidak ada kecurangan, seperti halnya ucapan orang Arab “Emas si pemberi nasehat” maksudnya adalah bersih dari kecurangan, dikatakan juga dengan “Madu si pemberi nasehat”, maksudnya adalah bersih kecurangan dan perpecahan”. Majmu’ Fatawa Ibnu Baaz 5/9010. Disampaikan dengan cara paling baikAllah –Ta’ala- telah berfirman ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ سورة النحل 125“Serulah manusia kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik”. QS. An Nahl 125Baca jugaMengenal Diri Sendiri Dalam IslamHakikat Manusia Menurut IslamKedudukan Wanita Dalam IslamTujuan Hidup Menurut IslamTips Hidup Bahagia Menurut Islam11. Dilakukan terang-terangan jika diperlukanIbnu Hazm –rahimahullah- berkata“Jika kamu ingin menasehati, maka nasehatilah dengan sembunyi-sembunyi tidak dengan terang-terangan, dengan bahasa kiasan tidak dengan bahasa lugas, kecuali jika yang dinasehati tidak memahami bahasa kiasan maka diperlukan bahasa yang lugas dan jelas. Jika kamu menyakiti wajah-wajah tersebut maka kamu seorang yang zhalim, bukan sebagai pemberi nasehat”. Al Akhlak Wa As Siyar 4512. Memberikan contohAllah –Ta’ala- berfirman mencela Bani Israil karena bertentangan antara ucapan dan tindakan merekaأَتَأْمُرُونَ النَّاسَ بِالْبِرِّ وَتَنسَوْنَ أَنفُسَكُمْ وَأَنتُمْ تَتْلُونَ الْكِتَابَ أَفَلاَ تَعْقِلُونَ سورة البقرة 44“Mengapa kamu suruh orang lain mengerjakan kebajikan, sedang kamu melupakan diri kewajiban mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab Taurat? Maka tidakkah kamu berpikir?”. QS. Al Baqarah 44Itulah 12 cara mengingatkan orang lain dalam Islam. Semoga kita semua bisa selalu berada dalam lingkaran saling mengingatkan satu sama lain karena manusia terbaik adalah manusia yang selalu bermanfaat bagi orang lain m Dalam Alqur'an Al-Karim, mencari-cari kesalahan orang lain disebut dengan istilah "tajassasu" tajassus. Perbuatan ini hampir sama dengan berburuk sangka. Keduanya tergolong sifat tercela yang amat dibenci Allah dan firman Allah dalam Alqur’an "Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat, Maha Penyayang." QS. Al-Hujurat 12. Ulama besar Yaman, Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad 1634-1720, dalam kitabnya An-Nashoihud Diniyah menjelaskan bahaya dari sifat "tajassasu" tersebut. "Kita dilarang menyelidiki kesalahan orang lain yang tidak jelas. Bahkan hal itu diharamkan. Allah ta’ala berfirman wa laa tajassasuu Dan jangan kamu mencari-cari kesalahan orang lain," kata Habib Abdullah Al-Haddad dalam kitab yang SAW bersabda, "Barangsiapa mencari-cari kesalahan saudaranya, maka Allah akan menampakan kejelekannya." Baca Juga Adab Berpuasa Jaga Lidah dari Dusta dan GhibahUmat Islam diwajibkan menyuruh berbuat yang ma'ruf ketika melihat orang-orang meninggalkannya dan menyalahkan orang yang melakukan kemungkaran. Habib Abdullah Al-Haddad menegaskan bahwa seorang mukmin yang bertaqwa tidak akan berkata sembarangan dan tidak mengatakan selain kebenaran. Setiap muslim wajib berbaik sangka kepada kaum muslimin."Banyak orang saling menyampaikan kabar dan mereka menggampangkan hal itu. Yang disukai oleh orang-orang adalah siapa yang cocok dengan keinginan mereka, meskipun tidak lurus kepada Allah. Sedangkan yang tercela menurut mereka adalah yang berbeda dengan mereka, meskipun seorang hamba itu saleh," jelasnya. Karena itu, setiap mukmin wajib berhati-hati dalam semua urusan. Sebab, zaman ini penuh dengan fitnah dan banyak manusia yang menyimpang dari kebenaran, kecuali yang dikehendaki Allah. Baca Juga Inilah 'Penyakit' yang Menimpa Umat Nabi Muhammad dan ObatnyaBersikap Lemah LembutKetahuilah bahwa sikap lemah lembut dan menjauhi kekerasan adalah modal besar dalam menerima kebenaran. Hendaklah seorang mukmin bersikap demikian terhadap orang yang disuruh maupun dilarang atau dinasihati kepadanya dengan lunak dan rendah hati, karena sifat lemah lembut itu merupakan kebaikan pada sesuatu. Allah. Sedangkan kekasaran itu adalah kejelekan sebagaimana dikatakan oleh Nabi ta’ala berfirman "Maka disebabkan rahmat dari Allah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu." QS Ali-Imran 159Di ayat lain, Allah ta'ala juga berfirman, "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka." QS Ali-Imran 105Ini adalah larangan dari Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman. Umat Islam diminta agar tidak menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih dalam agama. Sebab para ahlu kitab yang berselisih mengenai agama mereka itu mendapat siksa yang besar. Karena itu setiap mukmin harus berusaha melindungi dirinya dan keluarganya dari siksa api neraka. Selain mengamalkan Alqur’an dan As-Sunnah, berusahalah menjauhi permusuhan dan bersikap lemah lembutlah kepada semua orang.rhs Casing bagus belum tentu menunjukkan dalamnya juga ikut BagusIbaratnya seperti kita memilih hape. Casingnya kita lihat bagus, menarik, kinclong. Namun jeroannya bagian dalamnya belum tentu demikian. Bagian dalam handphone tersebut belum tentu sebaik kita dapat menilai hape tersebut baik bagaimana?Yah tentu, tanya-tanya dong orang yang sudah pernah menggunakan hape tersebut. Pasti dia bisa memberi komentar.“Ooh, hape ini baterainya gak kuat, gak bisa bertahan lama.”“Hape ini, loadingnya lambat.”“Hape tersebut, RAM-nya kecil.”“Hape ini kameranya kurang bagus hasilnya.”Orang yang pernah menggunakan hape semacam itu akan mudah sekali dalam memberikan ManusiaCasing manusia juga demikian memang hanya bisa tahu seseorang dari tampilan luarnya atau lahiriyahnya. Untuk dalamnya, niat hatinya, kita tak tahu. Hatinya suka bermaksiat, kita tidak bisa tahu. Kegemarannya yang suka bermaksiat kala sendiri pun, kita tak bagaimana kita menilainya? Hal ini sangat dibutuhkan oleh seseorang yang ingin mencari pasangan hidup, mencari suami atau saja diketahui dari orang-orang yang pernah bersama akan bisa beri penilaian. Namun sulit bagi kita bertanya pada orang yang memproduksi, karena pasti orang yang akan dinilai selalu dapat penilaian positif dan sisi negatif selalu tanyalah pada teman karibnya. Tanyalah pada teman kosnya. Tanyalah pada teman kampusnya. Tanyalah pada seorang alim yang dekat dengannya. Mereka-mereka tadi akan lebih tahu isi casing kadang kita temui …Ada orang yang terlihat alim dilihat dari penampilan, tak tahunya punya hubungan gelap dengan orang yang terlihat berjubah, tak tahunya berpemahaman orang yang lantunan bacaan qurannya bagus, tak tahunya kelakuannya sering tonton video yang tidak orang yang terlihat biasa-biasa, eehh … malah dialah yang lebih mulia di sisi Nilai HatiYang jelas Allah menilai hati kita, bukan casing kita. Kita tak perlu pamerkan casing kita yang bagus, berusahalah terus memperbaiki hati Abu Hurairah Abdurrahman bin Shakr radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Rasullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى أَجْسَادِكُمْ وَلاَ إِلَى صُوَرِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ ». وَأَشَارَ بِأَصَابِعِهِ إِلَى صَدْرِهِ“Sesungguhnya Allah tidaklah melihat pada tubuh kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati kalian.” Beliau berisyarat menunjuk dadanya dengan jari-jemarinya. HR. Muslim, no. 2564Cara Menilai OrangKala menilai orang …Kita hukumi orang sebatas lahiriyah, tak bisa kita hukumi batinnya. Namun kadang kita bisa tahu jeleknya seseorang dari komentar orang yang pernah dekat dengannya atau ada bukti aktual yang membongkar kejelekannya Perlu Berlebihan MenilaiDari sini kita bisa ambil pelajaran, jangan berlebihan dalam menilai dan memuji casing yang bagus karena dalamnya kita tak memaparkan dalam Al-Mufhim limaa Asykala min Talkhish Kitab Muslim 6 539, “Kalau hati itu yang memperbagus amalan lahiriyah dan amalan hati adalah suatu yang ghaib bagi kita, maka janganlah menebak-nebak hal batin seseorang dengan mudah karena cuma sekedar melihat dari casing luar dari ketaatan atau kesalahan yang saja yang menjaga amalan baik secara lahiriyah, Allah-lah yang mengetahui bagaimana sifat jelek atau tercela yang ada dalam hatinya. Sebaliknya, siapa pun yang melihat seseorang berbuat jelek dan itu nampak, maka barangkali ada sifat baik dalam hatinya yang menyebabkan kesalahannya amalan lahiriyah hanya jadi sangkaan kuat, namun tak menunjukkan secara tegas isi hati seseorang baik ataukah kita tidak boleh berlebihan dalam mengagungkan orang yang kita lihat secara lahiriyah nampak gemar beramal shalih. Begitu pula jangan sampai menganggap hina orang muslim yang secara lahiriyah dilihat jelek. Kita tetap mencela perbuatan jelek yang dilakukan, namun bukan mencela individunya untuk masalah ini perbedaannya sangatlah tipis.”Ingat hati manusia itu bisa berbolak-balik. Bisa jadi saat ini ia sesat dan gemar maksiat, namun keesokan hari, ia berubah menjadi shalih. Bisa jadi pula malah sebaliknya. Hati manusia –ingatlah- di antara jari-jemari Manusia di antara Jari-Jemari Ar-RahmanDari Amr bin Al-Ash, ia pernah mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, إِنَّ قُلُوبَ بَنِى آدَمَ كُلَّهَا بَيْنَ إِصْبَعَيْنِ مِنْ أَصَابِعِ الرَّحْمَنِ كَقَلْبٍ وَاحِدٍ يُصَرِّفُهُ حَيْثُ يَشَاءُ ». ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- اللَّهُمَّ مُصَرِّفَ الْقُلُوبِ صَرِّفْ قُلُوبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ »“Sesungguhnya seluruh manusia hatinya di antara jari-jemari Ar-Rahman, seperti satu hati. Sekehendak-Nya hati itu dibolak-balikkan.” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas mengucapkan do’a, “Allahumma musharrifal qulub sharrif quluubanaa ala tho’atik artinya Ya Allah, Yang Maha Membolak-Balikkan hati, tetapkanlah hati kami terus dalam ketaatan pada-Mu.” HR. Muslim, no. 2654Moga Allah terus meneguhkan hati kita dalam ketaatan pada-Nya. Allahumma musharrifal qulub sharrif quluubanaa ala tho’atik.

menilai orang lain menurut islam